Minggu, 09 Juni 2013

William Tyndale - Sang Penerjemah Alkitab

     William Tyndale (±1494 – 1536) adalah seorang pembaharu Protestan pada abad ke-16 dan cendekiawan yang menerjemahkan Alkitab ke Bahasa Inggris (dalam bentuk baru periode awal) pada masanya. Walaupun ada beberapa kitab dalam Alkitab yang telah diterjemahkan sebagian atau lengkap dalam bahasa Inggris Kuno pada sekitar abad ke-14, terjemahan Tyndale adalah yang pertama yang diterjemahkan langsung dari naskah dalam bahasa Ibrani dan Yunani, dan yang pertama kalinya dalam sejarah sebagai terjemahan yang diperbanyak menggunakan mesin cetak sehingga dapat dibagikan secara luas. Terjemahan ini berperan penting dalam perkembangan Reformasi Protestan. Pada tahun 1535, Tyndale ditangkap, dipenjarakan di kastil Vilvoorde di luar Brussel selama lebih dari setahun, diadili atas tuduhan ajaran sesat, dan dieksekusi dengan cara dibakar.
     Sebagian besar karya Tyndale pada akhirnya menjadi bagian dari Alkitab Versi Raja James (atau "Versi Resmi") yang dipublikasikan pada 1611. Alkitab Versi Raja James ini dikerjakan oleh 54 cendekiawan independen, ditujukan untuk merevisi edisi bahasa Inggris yang ada pada saat itu, dan naskahnya diambil sebagian besar dari terjemahan Tyndale.


Riwayat
   Tyndale dilahirkan sekitar tahun 1494, diduga di salah satu desa dekat Dursley, Gloucestershire. Di kalangan kerabat dekatnya, keluarga Tyndale saat itu dikenal sebagai Hychyns (Hitchins), dan William Tyndale menggunakan nama William Hychyns sewaktu bersekolah di Magdalen Hall, Oxford (sekarang bagian dari Hertford College, Oxford). Keluarga Tyndale pindah ke Gloucestershire di sekitar masa kelahirannya, kemungkinan akibat Wars of the Roses (Perang Antar Agama), dan diketahui bahwa keluarganya berasal dari Northumberland tetapi baru pindah ke East Anglia. Pamannya, Edward, adalah penerima tanah dari Lord Berkeley dan inilah fakta yang membuktikan asal usul keluarga ini. Edward Tyndale dicatat dalam dua silsilah sebagai saudara laki-laki dari Sir William Tyndale, KB (Order of the Bath), dari Deane, Northumberland, dan Hockwald, Norfolk, yang diangkat menjadi bangsawan (knighted) pada pernikahan Arthur, Prince of Wales dengan Katherine of Aragon. Jadi keluarga Tyndale adalah keturunan Baron Adam de Tyndale, seorang penyewa tanah utama (tenant-in-chief) dari Raja Henry I of England (dan yang sejarah keluarganya berhubungan dengan Tyndall). Keponakan perempuan William Tyndale, Margaret Tyndale, menikah dengan Rowland Taylor yang dikenal sebagai "The Martyr".
   Tyndale meraih gelar Bachelor of Arts dari Oxford University pada tahun 1512 dan tahun itu juga ia menjadi subdeacon. Ia menjadi Master of Arts (Oxbridge and Dublin) pada bulan Juli 1515, 3 bulan setelah diangkat menjadi pendeta. Gelar M.A. memungkinkannya mulai belajar teologi, tetapi pelajaran resminya tidak termasuk studi Alkitab. Hal ini mengejutkan Tyndale, sehingga ia mengorganisir kelompok privat untuk mengajar dan mendiskusikan Alkitab.
   Ia berbakat dalam bidang bahasa (fasih dalam bahasa Perancis, bahasa Yunani, bahasa Ibrani, bahasa Jerman, bahasa Italia, bahasa Latin, bahasa Spanyol ditambah bahasa ibunya, bahasa Inggris). Ia kemudian kuliah di University of Cambridge (kemungkinan belajar kepada Desiderius Erasmus, yang karyanya Enchiridion Militis Christiani — "Panduang untuk Pejuang Kristen" (tahun 1503) diterjemahkan oleh Tyndale ke dalam bahasa Inggris). Diyakini bahwa Tyndale berjumpa Thomas Bilney dan John Frith di Cambridge.
   Tyndale menjadi pendeta di rumah Sir John Walsh di Little Sodbury sekitar tahun 1521, dan menjadi tutor untuk anak-anak tuan rumah. Sejumlah pendapatnya membuatnya terlibat dalam kontroversi dengan pendeta-pendeta sejawatnya, dan sekitar tahun 1522 ia dipanggil di hadapan Kanselir (Chancellor) Anglican Diocese of Worcester dengan tuduhan "sesat" (heresy).


Penerjemah Alkitab
      Segera sesudah itu, ia memutuskan untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Ia yakin bahwa jalan kepada Allah adalah melalui Firman-Nya dan Alkitab seharusnya tersedia juga untuk orang-orang biasa. John Foxe melukiskan sebuah argumen dengan seorang pendeta yang "terpelajar" tetapi "penghujat", yang mengatakan kepada Tyndale bahwa, "Lebih baik kita tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum Paus." Dengan emosi yang meluap, Tyndale menyampaikan jawabannya: "Aku menantang Paus, dan semua hukum-hukumnya; dan jika Allah memberikan usia kepadaku, sebelum banyak tahun aku akan menyebabkan seorang anak yang membajak ladang untuk tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada Paus sendiri!"
      Tyndale meninggalkan London pada tahun 1523 untuk meminta ijin menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan untuk meminta bantuan lain dari Gereja. Khususnya, ia mengharapkan dukungan dari Uskup Cuthbert Tunstall, ahli klasik (classicist) terkenal, yang dipuji oleh Erasmus setelah bekerja sama dengannya dalam hal Perjanjian Baru bahasa Yunani. Namun uskup ini memandang rendah kredensial ilmiah Tyndale, curiga akan teologinya dan sebagaimana pejabat gereja berkedudukan tinggi, merasa kurang suka dengan gagasan adanya Alkitab dalam bahasa daerah. Saat itu Gereja tidak menganggap Alkitab terjemahan bahasa Inggris akan membantu. Tunstall mengatakan kepada Tyndale bahwa ia tidak mempunyai tempat untuknya di rumahnya. Tyndale berkhotbah dan mempelajari "bukunya" di London selama beberapa waktu, menggantungkan bantuan pedagang kain, Humphrey Monmouth. Kemudian ia meninggalkan Inggris dengan nama samaran dan mendarat di Hamburg pada tahun 1524 dengan karya Perjanjian Barunya sejauh itu. Ia melengkapi terjemahannya pada tahun 1525, dengan bantuan biarawan Franciscan, William Roy.
      Pada tahun 1525, penerbitan karyanya oleh Peter Quentell di Cologne diinterupsi oleh pengaruh anti-Lutheran, dan baru pada tahun 1526 edisi lengkap Perjanjian Baru diproduksi oleh percetakan milik Peter Schoeffer di Worms, Jerman, kota imperial merdeka yang sedang dalam proses menganut Lutheranisme. Kemudian, lebih banyak lagi dicetak di Antwerpen. Buku itu diselundupkan ke Inggris dan Skotlandia, dan dicela pada bulan Oktober 1526 oleh Tunstall, yang mengeluarkan peringatan kepada para penjual buku serta membakar buku-buku itu di depan umum.
      Dengan terbitnya Perjanjian Baru karya Tyndale, Kardinal Thomas Wolsey mengutuk Tyndale sebagai "heretik" (kaum sesat) dan meminta agar Tyndale ditangkap..


Penangkapan
      Tyndale bersembunyi di Hamburg dan terus bekerja. Ia merevisi terjemahan Perjanjian Barunya dan mulai menterjemahkan Perjanjian Lama serta menulis sejumlah artikel lain. Pada tahun 1530, ia menulis The Practyse of Prelates, menentang perceraian Henry VIII of England dengan alasan tidak alkitabiah dan suatu taktik dari Kardinal Wolsey untuk mengikat Raja Henry di pengadilan paus. Hal ini menyebabkan kemarahan raja kepadanya dan meminta kaisar Charles V, Holy Roman Emperor untuk menyerahkan Tyndale dan mengembalikannya ke Inggris.
Akhirnya, Tyndale dikhianati dan dilaporkan kepada penguasa. Ia ditangkap di Antwerpen pada tahun 1535, dikhianati oleh Henry Phillips, dan ditahan di kastil Vilvoorde dekat Brussels.


Kematian
Ia diadili dengan tuduhan "sesat" pada tahun 1536 dan dijatuhi hukuman mati, meskipun Thomas Cromwell berupaya campur tangan untuk menghalangi. Dia "dicekik sampai mati sementara diikat pada tiang kayu, dan kemudian mayatnya dibakar". Foxe mencatat 6 Oktober sebagai tanggal peringatan kematian (kolom tanggal sebelah kiri), tetapi tidak menulis tanggal kematiannya (di kolom tanggal sebelah kanan). Tradisi peringatannya jatuh pada tanggal 6 Oktober, tetapi catatan penjaranya memberi kesan bahwa kematiannya mungkin beberapa minggu sebelum tanggal itu.
Kata-kata terakhir Tyndale yang diucapkannya "pada tiang dengan semangat sungguh-sungguh dan suara yang keras", dilaporkan adalah "Tuhan! Bukalah mata Raja Inggris!"


Karya Cetak
Tyndale adalah penulis dan penterjemah yang aktif, meskipun yang paling terkenal dari karyanya adalah Alkitab terjemahannya. Karya-karya Tyndale tidak hanya berfokus pada kehidupan beragama, melainkan juga diarahkan ke arena politik.
      "Mereka telah menetapkan bahwa tidak seorangpun boleh melihat Alkitab, sebelum orang itu belajar ilmu kafir 8 atau 9 tahun lamanya dan diperlengkapi dengan prinsip-prinsip yang salah, dengan demikian orang itu akan ditutup sama sekali dari pemahaman Alkitab."
Menjawab kritik dari John Bell, uskup Worcester, Tyndale menyuarakan lagi sentimen ini
      "Jika Allah memberikan usia kepadaku, sebelum banyak tahun aku akan menyebabkan seorang anak yang membajak ladang untuk tahu lebih banyak tentang Alkitab daripada engkau."


Warisan
Dalam terjemahan Alkitabnya, Tyndale memperkenalkan kosa kata baru ke dalam bahasa Inggris, dan banyak yang kemudian dipakai dalam Alkitab Versi Raja James:
  • Jehovah (transliterasi dari konstruksi bahasa Ibrani di Perjanjian Lama; yang terdiri dari Tetragrammaton YHWH dan huruf-huruf hidup dari kata adonai: YaHoWaH)
  • Passover (nama hari Raya Yahudi, Pesakh atau Pesah),
  • Atonement (= at + onement), yang lebih dari sekedar "rekonsiliasi" untuk bermakna "menyatukan" atau "menutupi", yang muncul dari hari raya Yahudi Yom Kippur; dalam Perjanjian Lama kippur berarti menutupi palang pintu dengan darah, atau "Day of Atonement" (Hari Penebusan).
  • scapegoat (kambing yang menanggung dosa dan kesalahan umat dalam Kitab Imamat pasal 16)

Ia juga memperkenalkan banyak frasa bahasa Inggris terkenal yaitu:
  • let there be light
  • the powers that be
  • my brother's keeper
  • the salt of the earth
  • a law unto themselves
  • filthy lucre
  • it came to pass
  • gave up the ghost
  • the signs of the times
  • the spirit is willing
  • live and move and have our being
  • fight the good fight

Sejumlah kata-kata dan frasa baru yang diperkenalkan Tyndale kurang menyenangkan kepemimpinan Gereja Katolik Roma, karena menggunakan, misalnya 'Overseer' (penilik jemaat) bukan 'Bishop' (uskup), dan 'Elder' (penatua) bukan 'Priest' (pendeta), juga yang paling kontroversial, 'congregation' (jemaat) bukan 'Church' (Gereja), serta 'love' (kasih) bukan 'charity'. Tyndale berpendapat (dengan mengutip Erasmus) bahwa Perjanjian Baru bahasa Yunani tidak mendukung pembacaan tradisional Gereja Katolik Roma.
     Pernyataan dari Katolik Roma mendasarkan pada kesalahan yang nyata maupun yang diduga dari terjemahan. Thomas More berkomentar bahwa mencari kesalahan dalam Alkitab terjemahan Tyndale adalah seperti mencari air di dalam laut, dan menuduh terjemahan Tyndale Obedience of a Christian Man (Kepatuhan orang Kristen) mengandung lebih dari 1000 kesalahan terjemahan. Uskup Cuthbert Tunstall dari London menyatakan ada lebih dari 2000 kesalahan dalam Alkitab Tyndale. Tunstall pada tahun 1523 menolak memberi ijin yang diperlukan menurut Constitutions of (Perundangan) Oxford tahun 1409 kepada Tyndale untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan larangan itu masih berlaku.
     Menjawab tuduhan ketidak akuratan terjemahannya, Tyndale menulis bahwa ia tidak pernah sengaja mengubah atau menyalahartikan bagian Alkitab manapun dalam penerjemahannya dan tidak akan pernah melakukan hal itu.
     Dalam menterjemahkan, Tyndale secara kontroversial mengikuti Perjanjian Baru edisi bahasa Yunani karya Erasmus (1522). Di kata pengantar edisi Perjanjian Barunya tahun 1534 ("WT unto the Reader" = WT, yaitu William Tyndale, untuk para Pembaca) ia tidak hanya menguraikan dengan teliti sejumlah aturan tatabahasa Yunani, tetapi juga menunjukkan bahwa sering terkandung pepatah Ibrani di dalam bahasa Yunani itu. Yayasan Tyndale (The Tyndale Society) mengumpulkan lebih banyak bukti bahwa terjemahan yang dibuat itu didasarkan langsung dari bahan-bahan bahasa asli Ibrani dan Yunani yang dimiliki Tyndale saat itu. Misalnya, Prolegomena dalam William Tyndale's Five Books of Moses karya Mombert menunjukkan bahwa Pentateukh terjemahan Tyndale adalah langsung diterjemahkan dari bahasa asli Ibrani.
     Hanya ada 3 buku edisi pertama (1526) yang selamat sampai sekarang. Yang paling lengkap adalah bagian dari koleksi Alkitab Württembergische Landesbibliothek, Stuttgart, Jerman. Buku yang dimiliki British Library hampir lengkap, hanya kurang halaman sampul dan daftar isi. Di samping itu hanya ada 9 buku Pentateukh karya Tyndale yang tersisa.


Dampak Kepada Alkitab Bahasa Inggris
     Templat:Sejarah Alkitab Para penterjemah Revised Standard Version pada tahun 1940-an mencatat bahwa terjemahan Tyndale memberi ilham kepada berbagai terjemahan penting selanjutnya, termasuk "Alkitab Besar" (Great Bible) tahun 1539, Geneva Bible tahun 1560, Bishops' Bible tahun 1568, Douay-Rheims Bible tahun 1582–1609, dan Alkitab Versi Raja James tahun 1611, yang mana para penterjemah RSV menulis: "[Alkitab versi Raja James/KJV] mempertahankan kept frasa yang baik dan ekspresi yang tepat, dari sumber manapun, yang mampu tahan uji dalam penggunaan umum. Hutang budi terbanyak, khususnya Perjanjian Baru, adalah kepada Tyndale." Faktanya banyak pakar sekarang percaya demikian, sebagaimana Joan Bridgman yang menulis komentar dalam Contemporary Review "Ia [Tyndale] adalah penterjemah utama yang tidak dikenal dari buku yang paling berpengaruh di dunia. Sekalipun Versi Raja James yang diakui merupakan hasil karya sekelompok orang-orang gereja yang terpelajar, sebenarnya sebagian besar diambil dari karya Tyndale dengan sejumlah perbaikan terjemahannya."
     Banyak versi bahasa Inggris yang terkenal sejak itu mengambil inspirasi dari Tyndale, seperti the Revised Standard Version, the New American Standard Bible, dan the English Standard Version. Sekalipun parafrase seperti the Living Bible dan the New Living Translation diilhami oleh keinginan yang sama untuk membuat Alkitab dapat dimengerti oleh "pemuda pembajak ladang" yang diumpamakan oleh Tyndale.
     George Steiner dalam bukunya tentang terjemahan After Babel mengacu kepada "pengaruh jenius Tyndale, penterjemah terbesar Alkitab bahasa Inggris..." [After Babel halaman 366]


Memorial
     Ada tempat peringatan untuk Tyndale di Vilvoorde, dimana ia dihukum mati. Didirikan pada tahun 1913 oleh Friends of the Trinitarian Bible Society of London dan the Belgian Bible Society. Juga terdapat William Tyndale Museum kecil di kota itu, bersebelahan dengan gereja Protestan.
     Patung tembaga karya Sir Joseph Boehm untuk memperingati hidup dan karya Tyndale didirikan di Victoria Embankment Gardens di tepi sungai Thames (Thames Embankment), London pada tahun 1884. Digambarkan tangan kanannya pada Alkitab yang terbuka, yang terletak di atas mesin percetakan kuno.
     Tyndale Monument (monumen Tyndale) dibangun tahun 1866 di sebuah bukit di dekat tempat kelahirannya, North Nibley.
     Sejumlah college, sekolah dan pusat studi menggunakan namanya sebagai penghormatan, termasuk Tyndale House di Cambridge, Tyndale University College and Seminary di Toronto, the Tyndale-Carey Graduate School yang berhubungan dengan the Bible College of New Zealand, Selandia Baru; William Tyndale College (Farmington Hills, Michigan), dan Tyndale Theological Seminary (Shreveport, Louisiana, dan Fort Worth, Texas), juga Tyndale Theological Seminary independen di Badhoevedorp, dekat Amsterdam, Belanda.
     Penerbitan Kristen di Amerika Serikat, juga bernama Tyndale House, untuk menghormati Tyndale.

wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar